Berita  

Dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan ketahanan pangan

Masa Depan Pangan di Tengah Badai Iklim: Mengurai Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian dan Ketahanan Pangan

Pertanian adalah tulang punggung peradaban manusia. Sejak ribuan tahun lalu, sektor ini telah memberi kita makanan, serat, dan mata pencarian, membentuk lanskap sosial dan ekonomi global. Namun, di abad ke-21 ini, pondasi vital tersebut diguncang oleh ancaman yang semakin nyata dan mendesak: perubahan iklim. Fenomena ini tidak hanya mengubah pola cuaca, tetapi juga mengancam kapasitas kita untuk memproduksi makanan yang cukup, aman, dan bergizi bagi populasi dunia yang terus bertumbuh.

Wajah Perubahan Iklim dalam Lahan Pertanian

Perubahan iklim memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk yang secara langsung memengaruhi sistem pertanian:

  1. Peningkatan Suhu Global: Kenaikan suhu rata-rata memicu stres panas pada tanaman dan hewan. Tanaman tertentu, seperti padi dan jagung, sangat sensitif terhadap suhu ekstrem selama fase pertumbuhan kritis, yang dapat menurunkan hasil panen secara drastis. Hewan ternak juga mengalami penurunan produktivitas dan peningkatan risiko penyakit akibat suhu panas.
  2. Perubahan Pola Curah Hujan: Ini mungkin dampak paling merusak. Beberapa wilayah mengalami kekeringan berkepanjangan yang menyebabkan gagal panen dan kekurangan air irigasi. Sebaliknya, wilayah lain dilanda hujan ekstrem dan banjir yang merusak lahan pertanian, menghanyutkan bibit, dan menyebabkan erosi tanah. Pola hujan yang tidak menentu juga mempersulit petani dalam menentukan jadwal tanam dan panen.
  3. Bencana Alam Ekstrem yang Meningkat: Badai, topan, gelombang panas, dan kebakaran hutan yang frekuensi serta intensitasnya meningkat akibat perubahan iklim, langsung menghancurkan infrastruktur pertanian, merusak lahan, dan memusnahkan hasil panen dalam skala besar.
  4. Peningkatan Serangan Hama dan Penyakit: Suhu yang lebih hangat dan pola cuaca yang berubah dapat menciptakan kondisi yang lebih ideal bagi perkembangbiakan hama dan patogen tanaman dan hewan. Hama yang dulunya terbatas pada daerah tertentu kini dapat menyebar ke wilayah baru, menimbulkan ancaman serius bagi tanaman yang tidak memiliki ketahanan alami.
  5. Kenaikan Permukaan Air Laut: Bagi negara kepulauan dan wilayah pesisir, kenaikan permukaan air laut menyebabkan intrusi air asin ke lahan pertanian. Tanah menjadi salin dan tidak lagi cocok untuk budidaya tanaman pangan, mengancam lahan pertanian produktif dan mata pencarian petani pesisir.
  6. Degradasi Lahan dan Kesuburan Tanah: Kekeringan, banjir, dan erosi yang parah mempercepat degradasi tanah, mengurangi kandungan nutrisi esensial, dan menurunkan kapasitas tanah untuk menopang pertumbuhan tanaman.

Dampak Berantai pada Ketahanan Pangan Global

Dampak-dampak di atas tidak hanya berhenti pada produktivitas pertanian, tetapi bermuara pada ancaman serius terhadap ketahanan pangan, yang didefinisikan sebagai situasi di mana semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan diet dan preferensi makanan mereka untuk kehidupan yang aktif dan sehat.

  1. Ketersediaan Pangan yang Berkurang: Penurunan hasil panen dan kerugian produksi akibat bencana langsung mengurangi pasokan pangan global maupun lokal.
  2. Akses Pangan yang Terganggu dan Harga Meningkat: Kelangkaan pangan akibat produksi yang menurun akan mendorong kenaikan harga. Hal ini sangat memukul rumah tangga miskin yang menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk makanan, memperburuk kelaparan dan malnutrisi.
  3. Kualitas Gizi yang Menurun: Stres iklim dapat memengaruhi kandungan nutrisi pada tanaman pangan, seperti protein dan mikronutrien, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah kekurangan gizi.
  4. Ketidakstabilan Rantai Pasok: Bencana alam dapat merusak infrastruktur transportasi dan logistik, mengganggu distribusi pangan dari produsen ke konsumen, bahkan jika makanan tersedia di satu wilayah, sulit dijangkau di wilayah lain.
  5. Hilangnya Mata Pencarian dan Migrasi: Petani dan masyarakat pedesaan yang bergantung pada pertanian akan kehilangan sumber pendapatan mereka. Ini dapat memicu gelombang migrasi, baik ke perkotaan maupun lintas batas, yang berpotensi menimbulkan tekanan sosial dan konflik.

Menuju Pertanian yang Resilien dan Pangan yang Berkelanjutan

Menghadapi tantangan monumental ini, diperlukan tindakan cepat dan terkoordinasi. Pendekatan harus melibatkan dua pilar utama:

  1. Adaptasi: Membangun sistem pertanian yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim. Ini mencakup pengembangan varietas tanaman yang tahan kekeringan, banjir, atau suhu tinggi; penerapan sistem irigasi hemat air; penggunaan praktik pertanian cerdas iklim (Climate-Smart Agriculture) seperti agroforestri dan pertanian konservasi; pengembangan sistem peringatan dini; serta diversifikasi tanaman dan mata pencarian petani.
  2. Mitigasi: Mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian dan sektor lainnya. Ini berarti mengadopsi praktik pertanian yang mengurangi emisi (misalnya, pengelolaan pupuk yang lebih baik, pengurangan emisi metana dari ternak), serta berinvestasi pada energi terbarukan dan mengurangi deforestasi.

Dampak perubahan iklim terhadap pertanian dan ketahanan pangan adalah krisis multidimensional yang membutuhkan respons global. Ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kemanusiaan, ekonomi, dan keamanan. Masa depan pangan kita bergantung pada kemampuan kita untuk bertindak sekarang, dengan kebijakan yang inovatif, investasi yang berkelanjutan, dan kolaborasi dari semua pihak – pemerintah, ilmuwan, petani, hingga konsumen – untuk membangun sistem pangan yang tangguh, adil, dan lestari di tengah badai iklim.

Exit mobile version